Thursday, September 5, 2013

Pena dan Kertas Putih

Karya: Gadis yang sendiri


      Pena yang menari diatas kertas putih, sejenak pun tak pernah berhenti.
Terus menari dan menari. Matanya yang tak pernah berpaling pada apapun, pada siapapun.
Tetap setia pada pena dan kertas putihnya. Mengukir huruf demi huruf, hingga berbentuk kata, dan lahirlah kalimat-kalimat.
     Kalimat tentang hatinya, tentang rasa yang dipendamnya, tentang apa yang ingin ia ungkapkan, sekian lama. Setiap kali hanya pena dan kertas putihnyalah yang menjadi saksi atas dirinya, atas kebisuannya. Karena ia adalah seorang penakut, seorang yang ragu akan kenyataan, ia takut jatuh lagi.
    
     Masih tetap menulis, ia tak pedulikan penanya yang mulai lelah, kertas putihnya yang mulai kotor dengan coretan setiap huruf yang tak berguna. Sesekali ia berfikir betapa bodoh dirinya, untuk apa ia melakukan ini?
lagi-lagi, ia tak memperdulikannya, Sekalipun pertanyaan dari hatinya.
     Tangannya yang kejam terus menyeret penanya untuk tetap menari diatas kertas putihnya. Menyimpan tulisannya hingga menumpuk, bahkan menggununglah kertas-kertas usang. Tak pernah ada yang tau, tak pernah ada yang membacanya, bahkan tak pernah ada sepasang matapun yang meliriknya. Hanya dia, pena dan kertas putihnyalah yang tau.

     Saat gundah, rasa yang berkecamuk dalam dirinya, dan tak ada yang memahaminya, hanya pena dan kertas putihnyalah yang akan ia paksa untuk menemaninya. Dan matanya akan sedikit bersinar, lalu mulailah menggerakan penanya diatas kertas putihnya. begitu dan selalu begitu, karena begitu, akan membuatnya tetap begitu.

                                                                  . . . . .



                                                                                                       #ada


                     

Wednesday, September 4, 2013

Surat Yang Tak Pernah Sampai

Karya: Gadis penaruh harapan


      Surat itu tidak akan pernah terkirim, karena sebenarnya kamu ingin berbicara pada dirimu sendiri. Kamu ingin berdiskusi dengan angin, dengan wangi sebelas tangkai sedap malam yang kamu beli dari tukang bunga berwajah memelas, dengan nyamuk-nyamuk yang cari makan, dengan malam, dengan detik jam. . . . . .  . tentang dia.
      Dia yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia yang kamu reka dan kamu cipta.
      Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kekhilafannya untuk sampai jatuh hati padamu, menyesalkan magis yang hadir narulilah setiap kali kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran,  semua tulisannya__ dari mulai nota berbaris sampai do'a berbait-bait. Dan beceklah pipinya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang ia hanguskan__ bukti-bukti bahwa kalian pernah tergila-gila_ bertebrangan masuk kematanya. Semoga ia pergi dan pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.
       Tapi, sebelah dari kamu menginginkan agar dia datang menjemputmu, mengamini kalian, dan untuk kesekian kali, jatuh hati lagi, segila-gilanya, sampai batas gila dan waras pupus dalam kesadaranmurni akan cinta. Kemudian mendamparkan dirilah kalian kesebuah alam tak dikenal untuk membaca ulang semua kalimat, mengenang setiap inci perjalanan perjuangan, dan ketabahan hati. Betapa sebelah darimu percaya bahwa setetes air mata pun akan terhitung, tak ada yang mengalir mubazir, segalanya pasti bermuara di satu samudra tak terbatas, lautan merdeka yang berbanding sejajar dengan cakrawala. . . .  itulah tujuan kalian.
       Kalau saja hidup tidak ber-evolusi, kalu saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka tanpa ragu kamu akan memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan. Cukup satu.
       Satu detik yang segenap keberadaannya dipersembahkan untuk bersamamu, dan bukan dengan ribuan hal lain yang menanti untuk dilirik pada detik berikutnya. Betapa kamu rela membantu untuk itu.
       Tapi hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah. Seluruh simpul dari kesadaran kita berkembang mekar. Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.
        Kamu takut.
Kamu takut karena ingin jujur dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai ragu. Dialah bagian terbesar dalam hidupmu, tapi kamu cemas, kata 'sejarah' mulai menggantung hati-hati diatas sana. Sejarah kalian. Konsep itu menakutkan sekali.
        Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh.
        Skenario perjalanan kalian, mengharuskanmu untuk sering menyejarahkannya, merekamnya, lalu memainkannya ulang dikepalamu sebagai Sang Kekasih Impian, Sang Tujuan, Sang Inspirasi bagi segala mahakarya yang termuntahkan kedunia. Sementara dalam setiap detik yang berjalan, kalian seperti musafir yang tersesat di padang. Berjalan dengan kompas masing-masing, tanpa ada usaha saling mencocokkan. Sesekali kalian bertemu, berusaha saling toleransi ats nama cinta dan perjuangan yang Tidak Boleh Sia-Sia. Kamu sudah membayar mahal untuk perjalanan ini. Kamu pertaruhkan segalanya demi apa yang kamu rasa benar. Dan mencintainya menjadi kebenaran tertinggimu.
        Lama kamu baru menyadari bawha pengalaman merupakan bagia tak terpisahkan dari hubungan yang diikat oleh seutas perasaan mutual. Lama bagi kamu untuk berani menoleh kebelakang, menghitung berapa banyakkah pengalaman nyata yang kalian alami bersama?
         Sebuah hubungan yang dibiarkan tumbuh tanpa keteraturan akan menjadi hantu yang tidak menjejak bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah menjadi utang moral, investasi waktu,  perasaan, serta perdagangan kalkulatif antara dua pihak.
         Cinta butuh dipelihara, bahwa didalam sepak terjangnya yang serba mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan.
          Cinta jangan selalu di tempatkan sebagai iming-iming besar, atau seperti ranjau yang tahu-tahu meledakkanmu entah kapan dan kenapa. Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan disetiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan.... karena cinta adalah mengalami. Cinta tak hanya pikiran dan kenangan, lebih besar cinta adalah dia dan kamu. Interaksi.  Perkembangan dua manusia yang terpantau agar tetap harmonis. Karena cintapun hidup dan bukan cuma maskot yang disembah sujud.
          Kamu ingin berhenti memencet tombol tunda. Kamu ingin berhenti menyumbat denyut alami hidup dan membiarkan bergulir tanpa beban. Dan kamu tahu, itulah yang tidak bisa dia berikan kini.
Hingga akhirnya. . . .
           Di meja itu kamu dikelililngi tulisan tangannya yang tersisa (kamu baru sadar betapa tidak adilnya ini semua, dan arsip, sehingga cuma kamulah yang tersiksa?)
jadi jangan heran jika kamu menagis sejadi-jadinya. Dia yang tidak pernah menyimpan gambar rupamu, pasti tidak tahu apa rasanya menatap lekat-lekat satu sosok, membayangkan rasa sentuh dari helai rambut yang polos tanpa busa pengeras, rasa hangat uap tubuh yang kamu hafal betul temferaturnya.
           Dan kamu hanya bisa berbagi kesedihan itu, ketidak relaan itu, kelemahan itu, dengan wangi bunga yang melangu. Dengan nyamuk-nyamuk yang putus asa, dengan malam yang pasrah digusur pagi, dengan detak jam dinding yang gagu karena habis daya.
     
           Sampai pada halaman kedua suratmu, kamu yakin dia akan paham, atau setidaknya setengah memahami, betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian. Tidak ada sepasang mata lain yang mampu meyakinkanmu bahwa ini memang usai.Tidak ada kata, atau langkah kaki beranjak pergi, yang mampu menjadi tanda dramatis bahwa sebuah akhir telah diputuskan bersama.
         Atau sebaliknya tidak ada sergahan yang membuatmu berubah pikiran, tidak ada kata 'jangan' yang mungkin, apabila diucapkan dan tindakan dengan tepat, akan membuatmu menghambur kembali dan tak mau pergi lagi. Kamupun tersadar, itulah perpisahan paling sepi yang pernah kamu alami.
          Ketika surat-surat itu tiba dititiknya yang terakhir, masih akan ada sejumput kamu yang bertengger tak mau pergi dari perbatasan usai dan tidak usai. Bagian dari dirimu yang merasa paling bertanggung jawab atas yang sudah kalian bayarkan bersama demi mengalami perjalanan hati sedahsyat itu. Dirimu yang mini tapi keras kepala menetap untuk terus menemani sejarah. Dan karena waktu semakin larut, tenagamu pun sudah menyurut, maka kamu akan membiarkan sikecil itu bertahan semaunya.
        Mungkin pada suatu saat, apabila sekelumit dirimu itu mulai kesepian dan bosan, ia akan berteriak-teriak ingin pulang. Dan kamu akan menjemputnya, lalu membiarkan sejarah membentangi dirinya dengan tembok tebal yang tak bisa lagi di tembus atau mungkin, ketika sebuah keajaiban mampu menguak kekeruhan ini, jadilah ia semacam mescucuar, kompas, bintang selatan. . . yang menunjukkan jalan pulang bagi hatimu untuk akhirnya menemuiku.


    Aku yang merasakan apa yang kau rasakan. Yang mendamba untuk mengalami. Aku, yang telah menuliskan surat-surat cinta padamu. Surat-surat yang tak pernah sampai.

                                                          . . . . .

                                                              
                                                                                      #Dita 

Sunday, September 1, 2013

Lirik Lagu

                                                                     Utopia~ Hujan
               
Rinai hujan basahi aku
temani sepi yang mengendap
kala aku mengingatmu 
dan semua saat manis itu

Segalanya seperti mimpi
kujalani hidup sendiri
andai waktu berganti
aku tetap tak'kan berubah
  
Aku selalu bahagia
saat hujan turun
karna aku dapat mengenangmu
untukku sendiri ooohhh..ooo

Selalu ada cerita
tersimpan dihatiku
tentang kau dan hujan
 tentang cinta kita
yang mengalir seperti air 

Aku selalu bahagia
saat hujan turun
karna aku dapat mengenangmu
untukku sendiri ooohhh..ooo

Aku bisa tersenyum sepanjang hari
karena hujan pernah menahanmu disini
untukku ooohhh...


                           

Saturday, August 31, 2013

Malam Perih

    Malam yang sunyi,
Aku terdiam sendiri, mataku jauh menerawang keatas langit. Senyuman bintang yang biasa menghiasi malam, kini tak terlihat indah dimataku. Entahlah.
   Aku merasakan sepi yang mengendap dalam hatiku begitu dalam, hembusan angin malam yang menerobos masuk melalui celah jendela dikamarku membawa rasa dingin yang menusuk kulit, sungguh tak kuhiraukan. Hatiku tak merasakan dingin sedikitpun. Malah sebaliknya, panas api membaralah yang kurasakan saat ini.
Mungkin hanya Tuhan yang mengerti apa yang aku rasakan sekarang. Walau aku tidak bisa mengatakannya, tapi Tuhan pasti mengerti.
   Aku mengalihkan perhatianku pada selembar kertas diatas meja, lalu ku ambil pena, mataku tertuju seakan meloncat keluar. tanganku kaku, dengan sekuat tenaga aku berusaha menuliskan apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa mengatakannya dengan lisanku, tapi aku yakin tangankulah yang akan menyampaikannya, melalui tulisanku, butiran bening itu mulai keluar dari kelopak mataku. Lalu.. penaku terjatuh, pundakku terguncang, dan aku mulai menangis sejadi jadinya.
   Malam merangkak perlahan, hingga sampai kepagi hari.
Perlahan aku membuka mataku, cahaya matahari yang masuk ke kamarku membuat mataku silau, aku berdiri di dapan cermin, melihat tubuhku yang lemah, mataku yang sembab, dan yang tak bisa kulihat tapi bisa kursakan, hatiku tercabik. mungkin aku menangis semalaman.
Lalu aku tersadar, hanya sebuah tulisanlah yang aku dapatkan, aku keluar menatap matahari, ku pejamkan mataku, lalu kuhirup udara pagi sedalam-dalamnya, dan aku merasa lega. Tanpa ku sadari sebuah senyuman tiba-tiba terukir di wajahku.



                                                                                                   #ada

Saturday, May 25, 2013

My Hobby

      Hobi dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris "Hobby" yang berarti kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang.
                                                          
    Setiap orang memiliki hobi yang berbeda-beda, termasuk saya. Dan salah satu hobi saya adalah membaca novel. Saya suka membaca berbagai jenis novel dari mulai novel yang berbau inspirasi sampai novel yang berbau romantis.
    Menurut saya hobi membaca novel itu seperti suatu "kemewahan yang murah" karena sebagian orang berpikir untuk bersenang-senang harus menghabiskan uang yang banyak seperti pergi liburan ke pulau eksotis, shoping di mall, pergi kesalon dan lainnya. Tapi sebuah novel hanya menghabiskan beberapa puluh ribu rupiah saja dan ini sudah cukup memberi saya hiburan dan istirahat selama beberapa jam. Saya bisa berkunjung ke setiap tempat yang tidak setiap orang bisa datangi, bertemu dengan banyak orang dengan beragam karakter dan belajar banyak dari sebuah cerita. Membaca novel seperti menciptakan liburan ke negeri ajaib. Begitulah alasan kenapa saya sangat menyukai novel.
   Saya memilih hobi ini ketika saya duduk dikelas 6 SD, dan novel pertama yang saya baca adalah novel yang menceritakan tentang seorang wanita yang kuat dalam menghadapi kemiskinan, yang berjudul "Suci". Saya sangat kagum dengan cerita tersebut. Dan semenjak itu saya sangat menyukai membaca novel.
   Selanjutnya, saya suka membaca novel dimana saja, dan kapan saja. Mulai dari membaca novel di angkot, di rumah, di sekolah, dan dikelas ketika sedang tidak ada guru.

Kesimpulannya, membaca novel banyak sekali manfaatnya.
jadi, dari pada kita menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang kurang memberikan manfaat, lebih baik kita menghabiskan waktu luang dengan membaca novel. hehe
dan, selamat berkelana kenegri ajaib. :))



                                                                                              #ada

   
    

Wednesday, April 24, 2013

Why??

 Yang sedang saya fikirkan saat ini:

"Ih Urang mah embung di sebut Eneng ah! naon Eneng weh, iuw ih.."

     Begitulah, jawaban dari teman saya, ketika saya memanggilnya dengan sebuatan Eneng. Teman saya tidak mau di panggil dengan sebutan Eneng. Memangnya ada apa dengan nama Eneng? bukannya nama Eneng itu nama panggilan khusus untuk seorang gadis yang menandakan asli orang Sunda? tetapi kenapa tidak mau? malu kah? apa karena nama panggilan Eneng itu seperti nama untuk seorang gadis desa? .
    Ini yang membuat saya bingung.  


                                                                                                          #ada

Monday, April 1, 2013

Rasa Dendamkah? -_-

Begini, saya merasa ada sesuatu yang aneh dalam diri saya. Saya merasa ini perasaan yang salah, atau mungkin tidak seharusnya saya seperti ini.
 Saya memiliki seorang teman, namanya Vya. Dia salah satu teman baik saya, saya selalu menceritakan apa yang saya alami, saya rasa dan yang lainnya. Intinya kami suka saling curhat.
 Suatu hari dia curhat pada saya, katanya dia menyukai seseorang, seseorang itu adalah teman temannya orang yang saya suka. Saya selalu mendengarkan curahan hatinya, dia menceritakan tentang kedekatannya dengan seseorang itu, sayapun merasa bahagia mendengarkan cerita-ceritanya. Dia selalu bersemangat, ketika menceritakan seseorang itu kepada saya.
Setelah sekian lama, kira-kira tiga bulan dia memiliki hubungan yang lumayan dekat dengan seseorang itu, dia memiliki rasa yang lebih kepada seseorang itu, dan dia mungkin berfikiran seseorang itu pun memiliki rasa yang sama terhadapnya.
Tapi, suatu hari dia tiba-tiba berubah menjadi pemurung, dia menjadi lebih pendiam. Dia jarang bercerita lagi, tentu saja saya bingung, waktu itu saya tidak tahu apa yang sedang terjadi pada teman baik saya itu. Saya mencoba bertanya, tapi dia tidak menjawab. Dan saya  memberanikan diri bertanya. Saya harus tau apa yang membuat teman baik saya menjadi seperti itu.
Akhirnya setelah sekian kali saya bertanya, diapun menyerah. Dia mulai bercerita pada saya, awalnya saya kaget mendengar ceritanya. nah dari sini lah keanehan itu terjadi.
Setelah mendengar cerita itu saya menjadi benci, muak kepada seseorang itu. karena seseorang yang sering dia ceritakan itu telah membuat hati teman saya terluka. Seseorang itu ada lah lali-laki PHP.. orang itu yang membuat teman baik saya menjadi pemurung.
Dan kejadian itu sudah berlalu kurang lebih satu tahun. Tapi perasaan saya terhadap seseorang itu tidak pernah berubah, saya masih membencinya. setiap kali saya melihat orang itu saya merasa ingin sekali melakukan sesuatu yang dingin terhadap orang itu, seperti memarahinya. Rasa benci saya ini, tentu saja tidak wajar. Saya memendam rasa benci yang amat sangat terhadap seseorang karena telah menyakiti hati teman baik saya, padahal teman saya sendiri yang di sakitipun, sudah memaafkan seseorang yang menyakitinya itu. Saya merasa aneh, apa yang terjadi pada diri saya ini? apakah ini tanda suatu sifat pendendam? tidak. Saya tidak seperti itu!
Mungkin sekarang sudah seharusnya saya mengakhiri rasa benci saya terhadap orang itu. Saya tidak ingin menjadi seperti ini. Sungguh, ini bukan saya! -_-


                                                                                                                 #ada