Saturday, August 31, 2013

Malam Perih

    Malam yang sunyi,
Aku terdiam sendiri, mataku jauh menerawang keatas langit. Senyuman bintang yang biasa menghiasi malam, kini tak terlihat indah dimataku. Entahlah.
   Aku merasakan sepi yang mengendap dalam hatiku begitu dalam, hembusan angin malam yang menerobos masuk melalui celah jendela dikamarku membawa rasa dingin yang menusuk kulit, sungguh tak kuhiraukan. Hatiku tak merasakan dingin sedikitpun. Malah sebaliknya, panas api membaralah yang kurasakan saat ini.
Mungkin hanya Tuhan yang mengerti apa yang aku rasakan sekarang. Walau aku tidak bisa mengatakannya, tapi Tuhan pasti mengerti.
   Aku mengalihkan perhatianku pada selembar kertas diatas meja, lalu ku ambil pena, mataku tertuju seakan meloncat keluar. tanganku kaku, dengan sekuat tenaga aku berusaha menuliskan apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa mengatakannya dengan lisanku, tapi aku yakin tangankulah yang akan menyampaikannya, melalui tulisanku, butiran bening itu mulai keluar dari kelopak mataku. Lalu.. penaku terjatuh, pundakku terguncang, dan aku mulai menangis sejadi jadinya.
   Malam merangkak perlahan, hingga sampai kepagi hari.
Perlahan aku membuka mataku, cahaya matahari yang masuk ke kamarku membuat mataku silau, aku berdiri di dapan cermin, melihat tubuhku yang lemah, mataku yang sembab, dan yang tak bisa kulihat tapi bisa kursakan, hatiku tercabik. mungkin aku menangis semalaman.
Lalu aku tersadar, hanya sebuah tulisanlah yang aku dapatkan, aku keluar menatap matahari, ku pejamkan mataku, lalu kuhirup udara pagi sedalam-dalamnya, dan aku merasa lega. Tanpa ku sadari sebuah senyuman tiba-tiba terukir di wajahku.



                                                                                                   #ada

No comments:

Post a Comment